Rabu, 29 Juli 2009
Nomor
Tiba-tiba ia di sana.
Hadiah dari sobat.
Kombinasi angka yang beruntung.
Karena dimiliki oleh seorang yang membawa diam kemanapun.
Sepenglihatanku.
Sependengaranku.
Sepembacaanku.
Indah dengan jarak yang kumiliki.
Merdu dibalik suara-suara.
Sempurna dari persembunyian.
Begitu angka-angka tiba, senyum sinis menerpa bibir.
Memangnya apa yang akan kita lakukan, hai angka-angka?
Menghapalkanmu? Absurd.
Memandangimu? Jauh lebih absurd. Konyol, kita.
Kita. Aku dan angka-angka.
Lalu apa yang kau lakukan di layar itu, ha?
Aku. Aku yang memenjaramu di sana.
Menggunakanmu adalah mengurangi jarak pandang.
Meragukan keindahan.
Bikin sumbang kemerduan.
Mematahkan kesempurnaan.
Berakibat kehancuran, barangkali, buatku.
Berbahaya.
Maka aku tetap di sini.
Mengitari si pembawa diam dari berbagai sudut.
Sekarang. Entah besok.
Angin, hembusi aku.
Cahaya, lelehkan aku.
Hujan, lunturkan aku.
Arus, hanyutkan aku.
Bawa saja aku sesukamu.
Tapi aku tak mau perang sekarang.
Dan lagi tidak harus perang.
Bisakah, diriku?
Dan lagi, memang dia peduli?
Memang aku peduli?
Mari, tidak usah peduli.
Jadi, angka-angka, alam harus menunggu darurat untuk bisa menggunakanmu.
Sekarang, berdiri di sini, cukup. Entah besok.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar