Minggu, 19 Juli 2009

Kotaku dari Mataku - Empat: Birokrasi dan Sandal Jepit




Kantor Dinas Pendidikan Yogyakarta. Siang hari. Pakaian rapi-rapi. Suasana resmi-resmi. Aku dan Nea dan sandal jepitku. Berharap dapat ijin wawancara dengan gaya sok penting. Dikira kartu pers bisa menolong menyempitkan waktu tunggu . Tidak juga. Seperti biasa, bikin janji dulu. Bukan gara-gara sandal jepitku, kan?

***

Kantor surat kabar kota. Tujuan, cari sponsor. Aku dan Richie dan sandal jepit kami, dan Laras. Sekretaris jutek. Menceramahi kami soal birokrasi. Kalau tidak terpaksa kami tak mau kenal dekat dengan birokrasi, bu sekretaris. Dan sebenarnya dengan senang hati kami bakal kompromi dengan birokrasi asal Anda tidak sejutek itu. Bukan karena sandal jepit kami, kan? Niat pulang, mesti ditunda. Ada razia di tikungan depan. Richi, kan? Bawa STNK bukan kapan ingat, tapi kapan suka. Pura-pura tidak tahu, parkir motor dulu. Motor siapa? Entah. Ujar kami duduk santai. Mengamati orang-orang sial yang pada cemas karena tak siaga akan razia. Ada celah melarikan diri. Segera motor berlari. Tidak, sekali ini bukan karena sandal jepit.

***

Lantai dua. Urusan UKM. Di pintu depan tertulis: STOP SANDAL JEPIT. Aku dan Nea dan sandal jepit kami. Minta beberapa berkas. Ada yang muncul dari dalam kantor. Firasat bahwa sesuatu dapat terjadi karena sandal jepit kami, muncul. Kakiku dan kaki Nea bersembunyi di kolong meja. Tak ada guna. Urusan sudah selesai, dan kami harus pergi, dan kaki-kaki bersandal jepit harus keluar dari kolong meja. Cemas. Bukan apa-apa. Tidak ingin dapat ceramah hanya karena sandal jepit. Yang keluar dari kantor tersenyum. Aku dan Nea tunggang langgang buru-buru keluar ruangan. Barangkali "yang keluar dari kantor" bingung. Naik lift? Jangan! Turun tangga! "Yang keluar dari kantor" pasti naik lift. Hindarkan kaki kita dari pandangan menghakimi "yang keluar dari kantor". Ngebut turun tangga. Masuk kamar mandi. Ketawa terbahak-bahak berdua. Sekali ini, adalah karena sandal jepit.

Tidak ada komentar: