Minggu, 19 Juli 2009
Kotaku dari Mataku- Dua: Pak Pemulung
Beberapa helai putih rambutnya, membuat kepalanya tampak abu-abu dari jauh. Selalu bertopi dengan posisi tidak benar. Agak miring ke samping. Seolah topi dipakainya tergesa tiap hari, tanpa berkaca. Jalan miring-terseoknya menjadikannya terlihat rapuh. Hampir tiap hari kita berpapasan. Kau dan karung besar di punggungmu itu. Karung, dua kali ukuran tubuhmu. Seberat apa kah? Cukup berat untuk bikinku khawatir kau akan terjungkal dengan karung penuh sesak itu. Pakaianmu tak pernah rapi. Kumal. Berantakan. Aku mengharapkan apa? Orang berpakaian necis yang mengorek-ngorek tempat sampah?
Adakah kau istirahat, Pak? Kita belum pernah berpapasan dalam keadaanmu melepas lelah. Selalu kerja. Entah mengangkat karung besar di punggung. Entah mengorek-ngorek tempat sampah. Tidak pagi, tidak siang, tidak sore, tidak malam. Kau pegang itu karung dan gancu. Ah, ya, pernah kau duduk agak santai. Musim rambutan. Jual rambutan bersama istri. Musim rambutan jadi sering duduk santai, ya? Ingat basa-basiku waktu beli rambutanmu? Kau terbata seperti anak SD belajar bicara. Aku tak jadi banyak tanya karena tak sanggup cerna maksudmu.
Barangkali besok kita papasan lagi? Aku tak sanggup beri apapun. Cuma simpati yang kupunya. Pasalnya kau sering curiga dengan tatapku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar