Tenggelamkan aku dalam lautan tawar
Supaya larut semua pedihku
Cahaya yang kucari kelihatan begitu nyata
Tapi bukan lilin yang selama ini kucari untuk menjagaku saat malam atau saat matahari meredup entah karena apa
Cahaya yang datang itu tetap saja matahari yang biasanya
Nyata kurasakan tapi begitu jauh tak tersentuh
Yang sewaktu-waktu bisa membakarku saat aku terbang terlalu tinggi
Yang meninggalkanku dalam dingin saat hari tak lagi siang
Kadang tak mengapa
Kadang aku baik-baik saja meski matahari tak setia
Kadang matahariku cukup menghangatkanku dan memberiku daya untuk menghadapi gelap
Gelap yang sebenarnya sudah akrab denganku dan sering membuatku tertawa ironis
Sekarang aku ditinggalkan lagi dalam malam
Hanya kunang-kunang pengharapan yang ada beterbangan datang dan pergi
Aku sakau akan matahari semuku
Tapi tak ada lagi yang bisa kulakukan selain menunggu dalam kekakuan akibat lelahku
Lelah berlari di hutan yang tak tahu dimana ujungngnya
Lelah menduga apa yang ada di balik tikungan selanjutnya
Lelah mengetahui bahwa tak ada lilin yang kucari dibalik tikungan gelap
Bukan matahari yang megah tapi semu yang kumau
Hanya lilin yang bisa membawaku keluar dari labirin yang kosong dan berliku
Lilin yang mungkin akan membakar dirinya sampai tak bersisa
Yang mungkin akan binasa seperti halnya aku akan lenyap
Sudah aku nikmati dulu sajalah apa yang kupunya
Mungkin baru saat di ujung jalan menuju jalan selanjutnya aku bisa paham mengapa terlalu banyak matahari semu
Siapa tahu nanti akhirnya bukanlah lilin yang kubutuhkan
Selamat datang lagi, malam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar