Sabtu, 14 Agustus 2010

PINTAR SEJARAH LEWAT ‘JALAN PINTAS’ PENUH TAWA



Judul Buku : Kartun Riwayat Peradaban Jilid 1
Judul Asli : The Cartoon History of The Universe Volume 1-7
Penulis : Larry Gonick
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tebal : VIII + 362 halaman
Cetakan Pertama : September 2006

Pernah menyangka nenek moyang dari nenek moyang manusia itu ikan? Sempat membayangkan bagaimana Eugene Dubois yang menemukan fosil Pithecanthropus erectus itu ‘ngambek’? Bagaimana dengan fakta bahwa manusia zaman pra sejarah tidak tahu kalau berhubungan seksual bisa menghasilkan anak? Kalau yang ini: tujuh ribu tahun lalu orang Sumeria membangun rumah lumpur yang rubuh setiap kali hujan turun? Pernah memikirkan kemungkinan bahwa Ishak dikurbankan Abraham bukan karena perintah Tuhan, tapi karena dia bandel? Pernah dengar tentang sebuah negri yang selalu diserang bangsa lain tapi saling serang sendiri saat tidak diserang? Kalau belum, maka komik berjudul ‘Kartun Riwayat Peradaban Jilid 1’ yang disusun Larry Gonick ini bolehlah Anda baca.

Dalam komik ini, Gonick mula-mula mengajak pembacanya naik mesin waktu ke awal terbentuknya semesta. Dari sana, pembaca kemudian pelan-pelan diajak Gonick maju menyusuri terbentuknya bumi. Pada awal terbentuknya, bumi hanya dihuni makhluk-makhluk bersel satu. Gonick menggambarkan makhluk-makhluk bersel satu dengan hiperbolis. Makhluk-makhluk bersel satu digambarkan memiliki pikiran dan emosi sehingga dapat (tentu saja) berpikir, marah-marah, menangis, tertawa, dan bernafsu. Hal ini membuat para makhluk itu terlihat kocak.

Makhluk bersel satu ini kemudian berkumpul menjadi makhluk bersel banyak: ada yang jadi hewan, ada pula yang jadi tumbuhan. Semua hewan awalnya hanya tinggal di air sampai suatu waktu ada hewan yang ‘nekad’ ke darat dan mencoba hidup. Ikan, salah satunya (sebelumnya didahului serangga). Ikan ini kemudian berevolusi menjadi dinosaurus dan mamalia kecil. Dinosaurus kemudian punah. Pada akhirnya, hanya mamalia kecil yang berhasil bertahan hidup setelah melalui seleksi alam.
Kisah terbentuknya semesta hingga kepunahan dinosaurus itu disusun dalam Bab 1 yang berjudul ‘Evolusi Segalanya’. Hal yang menarik dari bab ini adalah cara Gonick mencitrakan hewan-hewan dalam komiknya. Jangan bayangkan hewan-hewan itu digambar seperti hewan-hewan di buku-buku sejarah atau biologi! Gonick menggambar hewan-hewan itu dengan menggemaskan dan lucu (seperti tokoh-tokoh hewan dalam film ‘Madagaskar’).

Dalam bab selanjutnya, yakni ‘ Tongkat dan Batu’, Gonick menceritakan sejarah evolusi kera (yang adalah salah satu jenis mamalia yang berhasil lolos seleksi alam itu) menjadi manusia purba. Pernah menonton serial kartun ‘The Flinstones’? Nah, sekonyol karakter-karakter dalam serial itulah manusia purba dicitrakan dalam komik ini. Bedanya dengan ‘The Flinstones’ yang menceritakan fiksi, komik ini menceritakan sejarah. Homo erectus adalah jenis yang nantinya berevolusi jadi manusia modern. Sebelum jadi manusia modern, manusia purba melalui kehidupan nomaden, berburu dan meramu, hingga bercocok tanam. Pada masa bercocok tanam inilah manusia purba mulai menjinakkan hewan, menciptakan bahasa, nilai, dan karya seni.

Setelah masa itu, para manusia purba mulai membentuk masyarakat purba. Mereka hidup dalam klan-klan. Pada masa inilah posisi perempuan mulai terancam. Para manusia awalnya tak tahu bahwa ada hubungan antara hubungan seksual dan reproduksi. Sialnya, para laki-laki duluan tahu karena mereka memperhatikan domba-domba yang mereka gembalakan kawin dan beranak. Sebelum mengetahuinya, lelaki tidak mempunyai rasa memiliki anak yang dilahirkan perempuan, pun perempuannya. Tapi karena pengetahuan itu, laki-laki kemudian merasa memiliki perempuan yang melakukan hubungan seksual dengan mereka dan anak si perempuan. Perempuan yang dianggap sebagai milik laki-laki, karenanya, harus tunduk pada laki-laki.

Selanjutnya, dalam Bab 3 yang berjudul ‘Dunia Sungai’, pembaca diajak Gonick jalan-jalan ke Mesir. Mulanya, bab ini menceritakan soal kebangkitan, kehidupan, sampai kejatuhan Sumeria. (Rumah lumpur yang rubuh tiap hujan turun itu bisa pembaca lihat di bab ini). Bab ini juga bercerita soal peradaban Mesir: adat pemakaman para bangsawan dan raja, serta sejarah Mesir mulai dari kepemimpinan Raja Zoser sampai kepemimpinan seorang firaun yang menjuluki dirinya ‘Ramses yang Hebat’.

Bab 4 yang berjudul ‘Perjanjian Lama’, jelas menceritakan soal Bangsa Israel: mulai dari eksodus mereka dari Mesir hingga masa menetap mereka di Kanaan. Meski berjudul ‘Perjanjian Lama’, jangan kira Gonick hanya memvisualisasikan cerita dari Alkitab. Dalam menyusun bab ini, Gonick juga menggunakan sumber-sumber lain. Karena itulah ada banyak kejutan di dalamnya (terutama bagi para pembaca yang selama ini akrab dengan kisah-kisah Alkitab Perjanjian Lama). Pasalnya, nabi-nabi yang punya reputasi baik di Alkitab dikisahkan dan dicitrakan tidak ‘selurus biasa’nya.

Bab ini diawali dengan cerita tentang sebuah negri di antara Mesir dan Sungai Eufrat yang selalu diserang berbagai bangsa dan saling serang sendiri saat tidak diserang. Dalam bagian ini muncul cerita Nabi Yusuf. Selanjutnya, komik mengisahkan tentang eksodus pertama Bangsa Israel yang keluar dari Mesir menuju Kanaan, dipimpin oleh Musa. Di bagian inilah mulai muncul kejutan. Manna (roti) yang dalam Alkitab `turun dari langit ternyata ternyata merupakan benda putih yang dikeluarkan dari pencernaan (boleh dibaca: kotoran) serangga padang pasir. Di antara Bangsa Israel yang melarikan diri dari Mesir itu, tak semuanya tak suka tinggal di Mesir. Mereka yang ingin kembali ke Mesir, balik kanan, melakukan eksodus kedua setelah Musa mangkat.

Sementara itu, Bangsa Israel yang telah sampai di Kanaan memulai kisahnya. Pada mulanya mereka tak mempunyai raja. Pemimpin mereka disebut hakim -yang tentu saja memiliki fungsi yang berbeda dengan raja-. Pada saat Israel diduduki Bangsa Filistin, (Nabi) Samuel menjadi hakim. Pada masa ‘kepemimpinannya’, Bangsa Israel menginginkan raja. Dengan berat hati –karena menurut Samuel raja hanya akan menjadikan rakyatnya budak-,Samuel mengurapi Saul menjadi jadi raja. Setelahnya, Israel dipimpin Daud yang bukan keturunan Raja Saul, lalu Salomo putra Daud.

Soal Salomo ini, Gonick kembali memberi kejutan. Terbalik dengan Salomo versi Alkitab yang terkenal dengan kebijaksanaannya, Salomo versi Kartun Riwayat Peradaban ‘terkenal’ dengan kezalimannya. Cerita paling populer soal Salomo (karena ia dibacakan setiap tahun di Gereja) adalah soal dua orang ibu yang bertengkar memperebutkan seorang bayi. Semua mengaku merupakan ibu kandung si bayi. Untuk memecahkan perebutan itu, Salomo mengusulkan membelah bayi menjadi dua dengan pedang. Salah satu dari kedua ibu itu menangis. Ia memberikan bayi kepada ibu satunya. Masalah terpecahkan. Ibu asli adalah ibu yang tak rela anaknya dibelah dengan pedang. Soal cerita poluper ini Gereja menafsirkan Salomo sebagai seorang raja bijaksana yang bisa menyelesaikan masalah. Tapi Gonick, dengan macam-macam referensinya, justru menunjukkan bahwa itu adalah bentuk kezaliman Salomo. Bayi, melambangkan Israel. Ibu palsu, melambangkan Salomo. Ibu asli, melambangkan Adonia, keturunan asli Raja Saul (ingat: Salomo bukan keturunan Saul). Artinya, jika ibu asli (Adonia) tidak ingin menyerahkan bayi (Israel) kepada ibu palsu (Salomo), maka bayi (Israel) akan di(ter)belah oleh perang saudara. Karena Adonia tak menginginkan perang saudara, maka kekuasaan ia serahkan kepada Salomo. Setelah Salomo, pada masa pemerintahan Rehabeam, Israel terpecah menjadi Israel dan Yehuda. Bab 4 berakhir di bagian Yehuda yang ditaklukan oleh Babylonia.

Bab 5 dengan judul ‘Otak dan Perunggu’ berkisah tentang peradaban Yunani: legenda, kebiasaan, dan pemikiran masyarakatnya. Orang-orang Yunani berasal dari utara sebelum mengungsi dan menjajah Bangsa Pelasgia di sekitar Laut Aegea. Orang-orang Yunani yang akhirnya menetap di sekitar Aegea kemudian diserang Bangsa Doria sampai peradabannya musnah. Meski peradaban musnah, teknologi mereka berkembang baik: mereka menciptakan banyak senjata model baru. Peradaban mereka pulih kembali saat orang-orang Yunani merantau ke negri-negri lain dan menerapkan di Yunani apa yang mereka lihat di tempat rantau. Di Fenisia, mereka belajar tulisan. Di Mesir, mereka belajar drama dan upacara, di koloninya, Ionia, mereka belajar filsafat.

Meski pada Bab 5 Gonick berkisah tentang Yunani, pada Bab 6 yang berjudul ‘Siapakah Orang-orang Athena?’ Gonick tidak berkisah tentang Athena. Masih ada hubungannya dengan Athena, bab ini bercerita tentang orang Persia yang dibuat penasaran oleh orang Athena. Kenapa? Karena Athena bersama dengan daerah pemberontak Persia, Miletos, berhasil membumihanguskan ibu kota Persia. Tentu ini reputasi buruk bagi Persia yang hebat –yang sanggup menaklukan Kerajaan Media, Lydia, dan Babylonia-. Karena hal ini, Persia kemudian menyerbu Yunani. Siapa yang menang dalam pertempuran antara Persia dan Yunani? Untuk tahu jawabnya, bacalah komik ini.

Pada bab terakhir, ‘Segalanya Tentang Athena’, barulah Gonick menceritakan Athena dan ‘demokrasi’nya (demokrasi yang tidak menganggap perempuan dan budak). Di Athena, pekerjaan dilakukan perempuan dan budak sehingga para laki-laki punya banyak waktu untuk berpolitik, berfilsafat, dan menghasilkan karya seni. Pada masa inilah, si eksentrik Sokrates, filsuf Yunani Klasik, muncul dan bikin heran warga Athena. Bikin heran karena apa? Temukanlah jawabannya di komik ini dan bersiaplah tertawa.

Apa pendapat Anda soal komik yang menceritakan 13 miliar tahun perjalanan waktu dalam 350 halaman saja ini? Jika belum membacanya, bisa jadi Anda ragu soal seberapa komprehensif komik ini mampu menyajikan data-data. Tapi mengingat ratusan buku referensi yang digunakan Gonick, belum lagi padat dan kronologisnya data-data sejarah yang disajikan, saya sarankan Anda tarik kembali keraguan Anda. Setelah membaca komik ini, alih-alih meragu, saya memilih berdecak kagum kepada cara Gonick menyajikan data sejarah yang komprehensif itu ke dalam narasi yang menghibur.

Ya, unsur kronologis, komikal, dan humoris membuat komik ini jadi narasi yang menghibur. Gonick mempertahankan unsur kronologis dengan menempatkan informasi sejarah bernada datar di bagian teratas kotak-kotak gambar. Informasi sejarah disusun berurutan dari kotak gambar satu ke kotak gambar lain. Gonick kemudian mengimprovisasi informasi sejarah tersebut dengan mengkartunkan para pelaku sejarahnya dan menyisipkan humor-humor cerdas dalam dialog mereka. Unsur komikal, terbaca dari mimik wajah dan postur para pelaku sejarah yang dikartunkan. Meski gambar dan dialog yang dibuat Gonick imajinatif, Gonick tak melupakan logika, seting, dan kostum sehingga imajinasi yang dicipta Gonick tetap relevan dengan informasi sejarah yang disusunnya.

Unsur komikal dan humoris itu di satu sisi memanjakan saya, tapi di sisi lain ia membuat saya lalai dengan kronologis cerita. Karena terlalu asik menertawakan potongan-potongan kartun dan humor yang lucu, saya malah lupa merangkai potongan kartun itu menjadi satu kesatuan cerita. Ini membuat saya harus membaca berulang kali untuk mendapatkan pemetaan cerita yang utuh.

Seperti buku, komik ini diawali dengan Kata Pengantar juga. Tapi jangan bayangkan Gonick yang kreatif itu memberi Kata Pengantar berupa paragraf yang berisi rentetan kata-kata. Dalam komik ini, Kata Pengantar-nya pun disajikan lewat kartun dan humor. Kata Pengantar tak hanya muncul di awal, tapi juga di tiap bab dan sub-bab. Gonick selalu menampakkan diri di tiap Kata Pengantar untuk (tentu saja) memberi pengantar sehingga pembaca dapat mengikuti alur komik dengan baik. Bagaimana caranya Gonick menampakkan diri? Tentu saja dengan mengkartunkan dirinya sendiri ke dalam komik. Cara Gonick menyajikan Referensi tak jauh beda dengan caranya menyajikan Kata Pengantar: dengan kartun dan humor yang buat saya pribadi sayang untuk dilewatkan.

Dalam komik ini, secara umum, Gonick menggunakan sudut pandang penguasa -sehingga kita bisa melihat banyak sekali perang-. Ini terlihat dari tokoh-tokoh utama yang dipilih Gonick sejak muncul kerajaan. Tokoh utama dalam komik adalah para raja dan bukan rakyat, apalagi budak. Ini bisa dimengerti mengingat feodalisme pada zaman kerajaan memang menempatkan raja di atas segalanya (kecuali Dewa) dan budak di bawah segalanya. Oleh karena itulah, kisah-kisah yang diabadikan dalam tulisan pada zaman kerajaan hanyalah kisah-kisah para rajanya. Para budak kerap dianggap tak ada. Salah satu bukti dari tak dianggapnya budak pun ada dalam komik ini, yakni dilupakannya 900 budak Sparta yang ikut mati bersama 300 prajurit Sparta dalam penyerbuan Persia ke Yunani sehingga para ahli sejarah kerap menyebut peristiwa tersebut sebagai ‘Laga Terakhir 300’, bukan ‘Laga Terakhir 1200’.

Gonick tak hanya memasukkan data-data sejarah yang mempunyai bukti empiris dalam komiknya, tapi juga mitos macam Hercules atau fiksi macam Oedipus. Pertimbangan dari dimasukkannya mitos dan fiksi ini adalah tidak adanya data sejarah yang dapat digunakan untuk melengkapi rantai sejarah yang putus.

Komik ini adalah referensi tambahan yang baik untuk siswa SMP/SMA. Berbeda dengan buku sejarah cetak/pegangan siswa yang seringkali malah memberi informasi sejarah sepotong-sepotong, komik ini menyajikan pemetaan sejarah peradaban yang lengkap dan rapi. Kalau tak ingat bahwa siswa SMP/SMA harus belajar dari buku cetak/pegangan yang materinya ditentukan kurikulum, saya rekomendasikan komik ini sebagai pegangan wajib mereka di sekolah.

Membaca komik ini seperti menyusuri ‘jalan pintas’ menuju penguasaan sejarah peradaban dengan cara menyenangkan: tertawa. Sambil menertawakan kartun dan humor imajinatif Gonick, Anda bisa tahu apa yang terjadi selama 13 miliar tahun sejak semesta terbentuk. Buat saya, ‘jalan pintas’ dan tawa adalah alasan yang lebih dari cukup untuk menjajal komik sejarah yang disusun mantan mahasiswa Harvard Jurusan Matematika ini.

Tidak ada komentar: