Gadis kecil, gadis kecil.....
Kapan kau sadar hakikatmu itu mungil dan rapuh adanya??
Gadis kecil, gadis kecil...
Merasa kuat dan dewasa, menantang semut-semut di bangkai pohon tua yang lapuk.
Gadis kecil, gadis kecil...
Merasa cerdik dan gesit, menantang siput di bebatuan kali.
Gadis kecil, gadis kecil...
Bermimpi setinggi awan, berkhayal seindah pelangi...
Gadis kecil, gadis kecil...
Terlelap dalam peluk ibu, tidur bersama mimpi-mimpi...
Terbangun menatap sigapnya ayah, tak sempat kosong dari khayal
Gadis kecil, gadis kecil...
Tiba saatnya bertarung dengan rimba sesungguhnya.
Ayah dan ibu di belakang, berdoa untukmu, tapi kau yang kecil itu sendirian.
Gadis kecil, gadis kecil...
Kegentaran yang setipis asap melandamu sejenak, tapi kau tetap melangkah.
Makin jauh, makin gelap, makin sunyi, ke dalam rimba.
Gadis kecil,
Berlari menanggalkan ragu, dan jatuh,
Rindukan pangkuan ibu yang hangat akan pemakluman-pemakluman.
Rimba tak kenal pemakluman,
Dan gadis kecil tertelungkup, mengasihani diri.
Gadis kecil,
Mendaki bukit sekuat tenaga, tergelincir, dan jatuh,
Rindukan dekapan ayah yang kokoh untuk menopang,
Rimba memberi jurang dalam dan gelap,
Dan gadis kecil terperosok, menangis sendiri.
Gadis kecil, gadis kecil...
Jatuh dan tergelincir berkali-kali,
Mulai lupa mimpi-mimpi,
Menangkapi keapa-adaan rimba,
Terlelap dalam peluk air mata, meringkuk kedinginan.
Terbangun meresapi segelumit kepiluan di dada, tentang mimpi yang menyakiti.
Gadis kecil, gadis kecil...
Dimana daya yang dulu kau banggakan,
Meski “mengerti” tak terlalu kau miliki..
Gadis kecil, gadis kecil...
Kembali pada hakikatmu yang kerdil dan rapuh??
Dibayang-bayangi sepi??
Rimba tak selamanya gelap.
Rimba tak selamanya dingin.
Rimba tak selamanya kejam.
Doamu, walau tak pernah kau pahami itu.